Nasib Masyarakat Kelas Bawah | untuk semuanya |
Malam
tadi saya berencana mengunjungi teman yang sedang dirawat di rumah
sakit, sesampai di Rumah sakit saya melewati ruangan ICU (gawat
darurat), tiba-tiba saya dikejutkan dengan suara srine ambulance,
kemudian melihat apa yang terjadi, dua orang petugas terburu-buru
membuka pintu belakang mobil dan mengangkat seorang anak muda yang
sedang berada diatas tandu, terlihat anak muda tersebut berlumuran darah
dan kondisinya sangatlah parah, saya berfikir mungkin anak muda ini
adalah korban kecelakaan, karena rasa penasaran, saya ikut masuk bersama
petugas yang mendorong kereta korban tadi.
Samarinda, 05-09-2005, journal pertama yang dibuat bersama istri :)
Sampai
didalam saya melihat pemuda tadi dimasukkan kedalam ruangan ICU, tak
lama kemudian datang seorang dokter dan 2 orang perawat, dokter tersebut
keluar ruangan sementara 2 orang perawat tadi membersihkan luka dan
darah korban, "Siapa keluarga dari pemuda ini" tak seorang pun
yang menjawab pertanyaan dokter itu, saya jadi bingung padahal 4 pemuda
di depan saya yang mengantarkan pemuda tersebut, kemudian saya mendekati
salah satu dari mereka "mengapa kalian tidak menjawab pertanyaan dokter tadi, bukankah kalian yang mengantarkan pemuda tadi kesini"
kami hanya temannya om jawab salah satu dari mereka, kemudian saya
mendatangi dokter tersebut dan memberitahu bahwa 4 orang pemuda tadi
yang membawa korban kesini, dokter itu pun berkata "siapa yang akan melapor dan mengurus administrasi pemuda ini" saya heran melihat dokter dan pihak rumah sakit ini mengapa ada korban kecelakaan yang
membutuhkan pertolongan dengan segera bukannya cepat ditangani malah bertanya siapa yang akan mengurus biaya administrasinya.
membutuhkan pertolongan dengan segera bukannya cepat ditangani malah bertanya siapa yang akan mengurus biaya administrasinya.
Tak lama kemudian datanglah seorang laki-laki dan seorang wanita "bagaimana anak kami dok, apakah dia baik-baik saja ?" anda orang tua anak ini ?, ya.. kami orang tuanya, "silahkan
anda ke bagian administrasi untuk mengurus laporan dan biayanya" kata
dokter itu, kemudian dokter itu baru menangani korban kecelakaan tadi
bersama 2 orang perawat yang sudah membersihkan luka dan darah korban
tersebut, saya ikut menunggu di depan ruangan ICU tersebut, niat ingin
menjenguk teman sakit jadi lupa, biar sajalah kan masih ada hari esok,
ada yang lebih penting sekarang pikir batinku, dikarenakan rasa
penasaran tadi, kami tak bisa melihat apa yang dikerjakan dokter dan
perawat didalam karena kaca dan gorden ruangan tersebut ditutup. Tak
lama kemudian pintu pun terbuka dan keluar seorang perawat tadi "maaf bu anak ibu tidak bisa kami selamatkan, kondisinya terlalu parah, dia banyak kehilangan darah" kontan
saja ibu itu menangis histeris, berlari memasuki ruangan tersebut dan
kemudian memeluk anaknya yang telah tiada, teryata dokter tadi sudah tak
ada di ruangan tersebut, kemana dia... ? pikirku.
Karena tak tahan melihat orang menangis saya akhirnya keluar dan kemudian pamit kepada Bapak anak itu "pak, sabar dan tabah ya, saya turut berduka atas kejadian ini, semoga arwah anak bapak diterima disisiNya"
Bapak tersebut hanya mengangguk pelan, ia tak bisa mengucapkan sepatah
kata, matanya memerah dan berkaca kaca. Saya pergi meninggalkan rumah
sakit tersebut, melihat kejadian tersebut saya teringat dengan nasib
tetangga dekat rumah, bayinya yang berusia 5 bulan ditinggalkan di rumah
sakit selama dua minggu, karena mereka tak memiliki uang untuk membayar
biaya perawatan.
Kejadian anak muda dan orang tua
bayi diatas adalah contoh betapa mahalnya pelayanan bagi orang-orang
yang kurang mampu, rumah sakit tempat orang menggantungkan nyawanya pun
tidak ramah terhadap kaum miskin, padahal kita ketahui seharusnya rumah
sakit mendahulukan penyelamatan nyawa daripada uang .
Negara menganjurkan tentang kepedulian sesama tanpa harus memberi dengan uang, tetapi kenyataan dalam masyarakat kita, yang namanya kepedulian telah MATI hampir tidak ada lagi hubungan sosial yang tidak diukur dengan materi.
"cerita ini hanyalah fiksi & karangan saja, kalau ada nama atau kejadian yg sama itu hanya sebuah kebetulan belaka"
Negara menganjurkan tentang kepedulian sesama tanpa harus memberi dengan uang, tetapi kenyataan dalam masyarakat kita, yang namanya kepedulian telah MATI hampir tidak ada lagi hubungan sosial yang tidak diukur dengan materi.
"cerita ini hanyalah fiksi & karangan saja, kalau ada nama atau kejadian yg sama itu hanya sebuah kebetulan belaka"
Samarinda, 05-09-2005, journal pertama yang dibuat bersama istri :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar